Protein
Protein adalah molekul yang sangat
vital untuk organisme dan terdapat di semua sel yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama
lain dengan ikatan
peptida. Molekul protein mengandung karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen dan kadang kala sulfur serta fosfor (Santoso 2008). Struktur & fungsi ditentukan
oleh kombinasi, jumlah dan urutan asam amino sedangkan sifat fisik dan kimiawi
dipengaruhi oleh asam amino penyusunnya (Page 1997). Kebanyakan protein
merupakan enzim atau subunit enzim. Jenis protein
lain berperan dalam fungsi struktural atau mekanis, seperti misalnya protein
yang membentuk batang dan sendi sitoskeleton. Protein terlibat dalam sistem
kekebalan (imun) sebagai antibodi, sistem
kendali dalam bentuk hormon (Santoso 2008).
Penetapan
Kadar Protein
Analisis protein dapat dilakukan
dengan dua metode, yaitu secara kualitatif dan secara kuantitatif. Analisis
protein secara kualitatif terdiri atas reaksi Xantoprotein, reaksi
Hopkins-Cole, reaksi Millon, reaksi Nitroprusida, dan reaksi Sakaguchi. Sedangkan
analisis protein secara kuantitatif terdiri dari metode Kjeldahl, metode
titrasi formol, metode Lowry, metode spektrofotometri visible (Biuret), dan
metode spektrofotometri UV (Apriyantono dkk 1989).
Metode Spektrofotometri
Sifat protein jika
dilarutkan dengan asam klorida dan enzim protease akan menghasilakan asam amino
karboksilat. Disisi lain protein dapat
mengalami denaturasi yaitu perubahan struktur protein yang menimbulakn
perubahan sifat fisika, kimia dan biologi bila
Protein apabila dipanaskan dapat mengakibatkan gelombang elektromagnetik
tertentu contohnya bisa, kokain
kuman-kuman dan lain-lain
(Pringgomulya 1996).
Spektrofotometri
merupakan suatu metoda analisa yang didasarkan pada pengukuran serapan sinar
monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombamg spesifik
dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan detektor fototube (Yoky
2009). Spektrofotometer
adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi
panjang gelombang. Sedangkan pengukuran menggunakan spektrofotometer ini,
metoda yang digunakan sering disebut dengan spektrofotometri. Spektrofotometer
dapat mengukur serapan di daerah tampak, UV (200-380 nm) maupun IR (> 750
nm) dan menggunakan sumber sinar yang berbeda pada masing-masing daerah (sinar
tampak, UV, IR). Monokromator pada
spektrofotometer menggunakan kisi atau prisma yang daya resolusinya lebih baik
sedangkan detektornya menggunakan
tabung penggandaan foton atau fototube (Yoky
2009).
Komponen
utama dari spektrofotometer, yaitu sumber cahaya, pengatur Intensitas,
monokromator, kuvet, detektor, penguat (amplifier), dan indikator. Spektrofotometri
dapat dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual dengan studi yang
lebih mendalam dari absorbsi energi. Absorbsi radiasi oleh suatu sampel diukur
pada berbagai panjang gelombangdan dialirkan oleh suatu perkam untuk
menghasilkan spektrum tertentu yang khas untuk komponen yang berbeda (Yoky
2009).
Metode
Spektrofotokopi dengan untraviolet yang yang diserap bukan cahaya tampak cahaya
ultra ungu (Ultraviolet). Dalam Spektrofotokopi ultra ungu energi cahaya tampak
terserap digunakan untuk transfuse electron. Karena energi Cahaya Ultraviolet
dapat menyebabkan transfuse electron (Hendayana 1994).
Metode Lowry
Metode Lowry merupakan pengembangan
dari metode Biuret. Dalam metode ini terlibat 2 reaksi. Awalnya, kompleks
Cu(II)-protein akan terbentuk sebagaimana metode biuret, yang dalam suasana
alkalis Cu(II) akan tereduksi menjadi Cu(I). Ion Cu+ kemudian akan mereduksi reagen Folin-Ciocalteu, kompleks
phosphomolibdat-phosphotungstat, menghasilkan heteropoly-molybdenum blue
akibat reaksi oksidasi gugus aromatik (rantai samping asam amino) terkatalis
Cu, yang memberikan warna biru intensif yang dapat dideteksi secara
kolorimetri. Kekuatan warna biru terutama bergantung pada kandungan residu
tryptophan dan tyrosine-nya. Keuntungan metode Lowry adalah lebih
sensitif (100 kali) daripada metode Biuret sehingga memerlukan sampel protein
yang lebih sedikit. Batas deteksinya berkisar pada konsentrasi 0.01 mg/mL.
Namun metode Lowry lebih banyak interferensinya akibat kesensitifannya (Lowry dkk 1951).
Beberapa zat yang bisa mengganggu
penetapan kadar protein dengan metode Lowry ini, diantaranya buffer, asam
nuklet, gula atau karbohidrat, deterjen, gliserol, Tricine, EDTA, Tris,
senyawa-senyawa kalium, sulfhidril, disulfida, fenolat, asam urat, guanin,
xanthine, magnesium, dan kalsium. Interferensi agen-agen ini dapat diminimalkan
dengan menghilangkan interferens tersebut. Sangat dianjurkan untuk menggunakan
blanko untuk mengkoreksi absorbansi. Interferensi yang disebabkan oleh
deterjen, sukrosa dan EDTA dapat dieliminasi dengan penambahan SDS atau
melakukan preparasi sampel dengan pengendapan protein (Lowry dkk 1951).
Metode Lowry-Folin hanya dapat
mengukur molekul peptida pendek dan tidak dapat mengukur molekul peptida
panjang (Alexander dan Griffiths, 1992). Prinsip kerja metode Lowry adalah
reduksi Cu2+ (reagen Lowry B) menjadi Cu+ oleh tirosin, triptofan, dan sistein
yang terdapat dalam protein. Ion Cu+ bersama dengan fosfotungstat dan
fosfomolibdat (reagen Lowry E) membentuk warna biru, sehingga dapat menyerap
cahaya (Lowry dkk 1951).
Putih Telur
Putih telur terdiri dari empat
lapisan yaitu lapisan encer luar, lapisan kental luar, lapisan encer dalam dan
khalazaferous. Empat bagian utama putih telur yaitu lapisan putih telur yang
encer bagian luar, lapisan putih telur yang kental, lapisan putih telur encer
bagian dalam dan lapisan kalaza. Bagian putih telur diikat dengan bagian kuning
telur oleh kalaza, yaitu serabut-serabut protein berbentuk spiral yang disebut
mucin. Bahan utama penyusun putih telur adalah protein dan air. Perbedaan
kekentalan putih telur disebabkan oleh perbedaan kandungan air (Suryono 2006).
Protein sederhana pada putih telur
terdiri atas ovalbumin, ovoconalbumin dan ovoglobulin, sedangkan yang
kedua termasuk glycoprotein, yaitu ovomucoid dan ovomucin. Ovomucin pada
putih telur pada putih telur yang kental lebih besar daripada putih telur yang
encer. Ovomucin merupakan fraksi protein putih telur yang membentuk selaput dan
berfungsi menstabilkan struktur buih. Pemberian asam asetat yang berlebihan
akan mengakibatkan penggumpalan sebagian ovomucin dan memperkecil
elastisitas gelembung buih. Kerusakan gejala-gejala ovomucin mengakibatkan air
dari protein putih telur akan keluar dan putih telur menjadi encer. Semakin
encer putih telur, maka semakin tinggi tirisan buih yang dihasilkan (Suryono
2006).
Albumin
Albumin
merupakan protein utama dalam plasma manusia (kurang lebih 3,4-4,7 g/dl) dan
menyusun sekitar 60% dari total protein plasma. Albumin merupakan jenis protein
terbanyak di dalam plasma yang mencapai kadar 60 persen. Protein yang larut
dalam air dan mengendap pada pemanasan itu merupakan salah satu konstituen
utama tubuh (Sarikkuntuk 2006).
Info bagus, terimakasih sudah sharing...
BalasHapusKunjungi blik ya...
http://unityofscience.org/penentuan-kadar-protein-dengan-metode-lowry/
Info bagus, terimakasih sudah sharing...
BalasHapusKunjungi blik ya...
http://unityofscience.org/penentuan-kadar-protein-dengan-metode-lowry/